MAKALAH IJAZ AL-QUR'AN OLEH: JOMIANTO MUZAKKI, S.Sy. METRO LAMPUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Di
dunia yang begitu luas ini, Allah SWT menciptakan berbagai makhluk,
gunung-gunung yang besar, lautan yan besar dan berombak dan samudera yang luas.
Demikianlah Allah menciptakan alam semesta ini atas kuasaNya dan kepada
manusia, Allah memberikan beberapa keistimewaan. Di antaranya adalah kemampuan
berpikir yang digunakan untuk membukakan rahasia-rahasia unsur-unsur kekuatan
yang tersembunyi di alam ini.[1]
Begitu
pula para nabi yang di utus oleh Allah selalu dibekali mukjizat untuk
meyakinkan manusia terhadap pesan dan misi yang dibawa oleh Nabi. Dan mukjizat
itu selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi
tiap-tiap nabi.[2]
Namun
apakah suatu mukjizat itu dapat ditandingi? Berdasarkan alasan di atas. Maka
makalah ini membahas topik tentang i’jaz Al-Qur’an. Dimana akan dijelaskan
mengenai dasar pembahasan i’jaz Al-Qur’an dan keindahan dari segi segi
kemukjizatan Al-Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
- Apakah pengertian i’jaz Al-Qur’an?
- Apakah macam-macam i’jaz Al-Qur’an itu?
- Bagaimanakah unsur-unsur dari mukjizat itu?
C.
Tujuan
Dari rumusan
masalah tersebut dapat diketahui tujuan dari makalah, yaitu:
- Mengetahui arti i’jaz Al-Qur’an
- Mengetahui macam-macam i’jaz Al-Qur’an.
- Mengetahui unsur-unsur dari mukjizat
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN I’JAZ AL-QUR’AN
Kata
i’jaz diambil dari kata kerja ajaza-i’jaz yang berarti melemahkan atau
menjadikan tidak mampu. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS.
Al-Maidah:31 yang berbunyi:
Artinya: ”mengapa aku tidak mampu berbuat seperti
burung gagak ini, aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” (Al-Maidah:31)
Lebih jauh lagi,
Al-Qaththan.[3]mendefinisikan
i’jaz dengan ”memperlihatkan kebenaran Nabi SAW atas pengakuan kerasulannya,
dengan cara membuktikan kelemahan orang Arab dan generasi sesudahnya untuk
menandingi kemukjizatan Al-Qur’an”. Sedangkan pelakunya (yang melemahkan)
dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga
mampu membungkam lawan, ia dinamai mukjizat.
Dalam
hal ini mukjizat didefinisikan oleh para pakar agama islam sebagai ”suatu hal
atau peristiwa luara biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi,
sebagai bukti kenabiannya, sebagai tantangan bagi orang yang ragu, untuk
melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi tidak melayani tantangan itu,[4]
(Quraish Shihab dalam Rosihon Anwar, 2000:10).Sedangkan Al-Qaththan (dalam
Rosihon Anwar, 2000:11) menyimpulkan bahwa ”Mukjizat itu merupakan suatu
kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan, dan tidak
akan dapat ditandingi”.
Jadi
menurut Hamzah (2003:-) mendefinisikan bahwa ”i’jaz Al-Qur’an adalah ilmu
Al-Qur’an yang membahas kekuatan susunan lafal dan kandungan Al-Qur’an,
sehingga dapat mengalahkan ahli-ahli Bahasa Arab, dan ahli-ahli lainnya.”[5]
2. MACAM-MACAM
I’JAZ AL-QUR’AN
Dalam
sebuah buku yang berjudul ”Al-I’jaz Qur’any fi Wujuhil Muktasyifah”,
macam-macam i’jaz Al-Qur’an yan terungkap antara lain: i’jaz balaghi (berita
mengenai hal ghaib), i’jaz tasyri’ (perundang-undangan), i’jaz ilmi, i’jaz
lughawi (keindahan redaksi Al-Qur’an), i’jaz thibby (kedokteran), i’jaz falaky
(astronomi), i’jaz adady (jumlah), i’jaz i’lami (informasi), i’jaz thabi’i
(fisika) dan lain sebagainya.[6]
Karena
banyaknya berbagai macam i’jaz Al-Qur’an, maka dalam hal ini akan diuraikan
beberapa bagian dari macam-macam i’jaz Al-Qur’an yang disebut dalam buku
”Al-I’jazal Qur’any fi wujuhil Muktasyifah”, antara lain:
1.
I’jaz Balaghy (berita tentang
hal-hal yang ghaib) Sebagian ulama’ mengatakan bahwa mukjizat Al-Qur’an adalah
berita ghaib, contohnya adalah Fir’aun yang mengejar Nabi Musa as, hal ini
diceritakan dalam QS. Yunus:92Artinya: ”Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu
supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami” (QS.
Yunus:92) Berita-berita ghaib yang terdapat pada wahyu Allah SWT yakni Taurat,
Injil, dan Al-Qur’an merupakan mukjizat. Berita ghaib dalam wahyu Allah SWT it
membuat manusia takjub, karena akal manusia tidak mampu mencapai hal-hal
tersebut.
2.
I’jaz Lughawy (keindahan redaksi Al-Qur’an)
Menurut Shihab (dalam Rosihon Anwar, 2000:34) memandang segi-segi kemukjizatan
Al-Qur’an dalam 3 aspek, di antaranya aspe k keindahan dan ketelitian
redaksinya. Dalam Al-Qur’an dijumpai sekian banyak contoh keseimbangan yang
serasi antara kata-kata yang digunakan, yaitu: Keseimbangan antara jumlah
bilangan kata dan antonimnya. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan
sinonimnya atau makna yang dikandungnya. Keseimbangan antara jumlah bilangan
kata dengan jumlah yang menunjukkan akibatnya.
3.
I’jaz ’Ilmi Di dalam Al-Qur’an,
Allah mengumpulkan beberapa macam ilmu, di antaranya ilmu falak, ilmu hewan.
Semuanya itu menimbulkan rasa takjub. Beginilah i’jaz Al-Qur’an ilmi itu
betul-betul mendorong kaum muslimin untuk berfikit dan membukakan pintu-pintu
ilmu pengetahuan.
Menurut Quraish Shihab, banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an, misalnya: Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya bulan merupakan pantulan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 5 Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas. Hal itu diisyaratkan dalam firman Allah: ”Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dada orang itu untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah dia sedang mendaki ke langit.” (QS. Al-An’am: 125) Perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah SWT: ”Bukan demikian, sebenarnya Kami berkuasa menyusun (kembali) jari-jarinya dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah: 4) Aroma manusia berbeda-beda, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT surat Yusuf ayat 94 Masa penyusunan yang sempurna. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Baqoroh ayat 233
Adanya nurani (superego) dan bawah sadar manusia sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Qiyamah ayat 14-15. Demikianlah petunjuk-petunjuk ilmiyah dan pandangan-pandangan orang yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan hidayah Allah. Oleh sebab itu orang harus memepergunakan akalnya untuk membahas dan memikirkannya. Sayyid Quthb dalam tafsirnya tentang firamnAllah yang berbunyi: ”Mereka bertanya tentang bulan sabit, katakanlah bahwa bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji.” (QS. Al-Baqoroh: 189)
Menurut Quraish Shihab, banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an, misalnya: Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya bulan merupakan pantulan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 5 Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas. Hal itu diisyaratkan dalam firman Allah: ”Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dada orang itu untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah dia sedang mendaki ke langit.” (QS. Al-An’am: 125) Perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah SWT: ”Bukan demikian, sebenarnya Kami berkuasa menyusun (kembali) jari-jarinya dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah: 4) Aroma manusia berbeda-beda, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT surat Yusuf ayat 94 Masa penyusunan yang sempurna. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Baqoroh ayat 233
Adanya nurani (superego) dan bawah sadar manusia sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Qiyamah ayat 14-15. Demikianlah petunjuk-petunjuk ilmiyah dan pandangan-pandangan orang yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan hidayah Allah. Oleh sebab itu orang harus memepergunakan akalnya untuk membahas dan memikirkannya. Sayyid Quthb dalam tafsirnya tentang firamnAllah yang berbunyi: ”Mereka bertanya tentang bulan sabit, katakanlah bahwa bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji.” (QS. Al-Baqoroh: 189)
4.
I’jaz Tasyri’I Al-Qur’an menetapkan
peraturan pemerintah Islam, yakni pemerintah yang berdasarkan musyawarah dan
persamaan serta mencegah kekuasaan pribadi. Firman Allah SWT: ”Dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” (QS. Ali Imron: 159) Di dalam
pemerintahan Islam, tasyri’i itu tidak boleh ditinggalkan. Al-Qur’an telah
menetapkan bila keluar dari tasyri’ Islam itu hukumnya kafir, dzalim, dan
fasik. Firman Allah SWT: ”Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka ini adalah orang-orang kafir” (QS. Al-Maidah: 44)
Al-Qur’an menetapkan perkara yang sangat dibutuhkan oleh manusia, yakni agama, jiwa, akal, nasab (keturunan) dan harta benda. Di atas lima perkara ini disusun sanksi-sanksi hukum yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ini dapat dilihat dalam fiqh Islam, yaitu yang bersangkutan dngan jinayat dan huduud. ”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah masing-masingnya itu seratus kalii dera” (QS. An-Nur: 2)
Al-Qur’an menetapkan perkara yang sangat dibutuhkan oleh manusia, yakni agama, jiwa, akal, nasab (keturunan) dan harta benda. Di atas lima perkara ini disusun sanksi-sanksi hukum yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ini dapat dilihat dalam fiqh Islam, yaitu yang bersangkutan dngan jinayat dan huduud. ”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah masing-masingnya itu seratus kalii dera” (QS. An-Nur: 2)
5.
I’jaz ’Adady (Jumlah) I’jaz ’adady
merupakan rahasia angka-angka dalam Al-Qur’an.[7]
Seperti dikatakan ”sa’ah” disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 24 kali, sama
dengan jumlah jam dalam sehari semalam. Selain itu Al Qur’an menjelaskan bahwa
langit ada tujuh. Penjelasan ini
diulangi sebanyak tujuh kali pula dalam surat
Al-Baqoroh: 29, surat Al-Isra’: 44, surat Al-Mukminun: 86, surat
Fushshilat: 12, surat Ath-Thalaq: 12, surat Al-Mulk: 3, dan surat Nuh: 15. Adapula kata-kata yang
menunjukkan utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira)
atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini
sama dengan penyebutan nama-nama nabi, rasul, dan pembawa berita yakni 518
kali.
3.
UNSUR-UNSUR MUKJIZAT
sebagaimana
dijelaskan oleh Quraish Shihab (dalam Rosihon Anwar, 2000:11), bahwa unsur-unsur
mukjizat adalah:
1.
Hal atau peristiwa yang luar biasa Peristiwa-peristiwa
alam, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat, karena peristiwa tersebut
merupakan sesuatu yang biasa, yang dimaksud dengan luar biasa. Yang dimaksud
luar biasa adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab akibat yang hukum-hukumnya
diketahui secara umum.
2.
Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi. Apabila
keluarbiasaan bukan dari seoranag Nabi, tidak dinamai mukjizat. Demikian pula
sesuatu yang luar biasa pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi Nabi ini
pun tidak dinamai mukjizat melainkan irhash dan keluarbiasaan yang terjadi pada
seseorang yang taat dan dicintai oleh Allah SWT dinamakan karomah.
Bertitik tolak dari keyakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, maka jelas tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalnya.
Bertitik tolak dari keyakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, maka jelas tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalnya.
3.
Mengandung tantangan terhadap mereka yang meragukan
nabi
Di saat ini, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan nabi. Kalau misalnya ia berkata ”batu ini dapat berbicara”, tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa ”sang penantang berbohong” maka keluarbiasaan ini bukanlah mukjizat, tetapi Ihanah atau Istidraj.
Di saat ini, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan nabi. Kalau misalnya ia berkata ”batu ini dapat berbicara”, tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa ”sang penantang berbohong” maka keluarbiasaan ini bukanlah mukjizat, tetapi Ihanah atau Istidraj.
4.
Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani Bila
yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, berarti pengakuan sang
penantang tidak terbukti.[8]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
kesimpulan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa i’jaz Al-Qur’an merupakan ilmu
Al-Qur’an yang membahas kekuatan susunan lafal dan kandungan Al-Qur’an dan
menjadikan tidak mampu atau melemahkan bagi penantangnya. Ciri-ciri dari gaya bahasa Al-Qur’an
sendiri dapat dilihat dari 3 point, di anataranya:
- Susunan kata dan kalimat Al-Qur’an, meliputi nada, dan lagamnya yang unik, singkat dan padat, memuaskan para pemikir dan orang awam, memuaskan akal dan jiwa, keindahan dan ketepatan maknanya.
- Keseimbangan redaksi. Dan Ketelitian redaksinya.
- Macam-macam i’jaz sendiri sangat banyak, di antaranya: i’jaz balaghi, i’jaz ’adady, i’jaz lughowy, i’jaz tasyri’i dan lain sebagainya.
SARAN-SARAN
·
Jangan menganggap bahwasanya sesuatu yang luar
biasa seperti hipnotis atau sihir dianggap sebagai mukjizat.
·
Meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi
terakhir dan jelas tidak mungkin lagi ada nabi atau mukjizat sepeninggal beliau
Rosululloh.
·
Lebih memahami dan mempelajari i’jaz Al-Qur’an,
karena akan semakin menambah keimanan kita sebagai kaum mukminin.
·
Selalu mempelajari i’jaz Al-Qur’an akan semakin
memperkaya khazanah keilmuan keislaman, khususnya ulum Al-Qur’an, sehingga
mampu menjawab tantangan globalisasi dan modernisasi dengan isyarat atau
kandungan-kandungan yang terdapat dalam Al-Qur’an Wallohu A’lam Bish Showab.[9]
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. 2000. Ilmu Tafsir. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Qaththan, Manna’al. 1995. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 2. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Hamzah, Muchottob. 2003. Studi Al-Qur’an Komprehensif. Jogjakarta: Gama Media
Qur’anPoin. 2008. Keistimewaan Al-Qur’an, (online).
www.quranpoin.com.memahami al-quran/keistimewaan al-quran,
diakses tanggal 3 juli 2009
[1] Anwar, Rosihon. 2000. Ilmu Tafsir. Bandung: CV. Pustaka
Setia.
[2]
.(Harun Sihab, dalam Rosihon Anwar, 2009:9).
[3]
.(dalam Rosihon Anwar, 2000:10)
[4]
(Quraish Shihab dalam Rosihon Anwar, 2000:10)
[5] Qaththan, Manna’al. 1995. Pembahasan
Ilmu Al-Qur’an 2. Jakarta:
PT. Rineka Cipta
[6] Hamzah, Muchottob. 2003. Studi Al-Qur’an
Komprehensif. Jogjakarta:
Gama Media
[7] Qur’anPoin. 2008. Keistimewaan Al-Qur’an, (online).
[8] www.quranpoin.com.memahami al-quran/keistimewaan
al-quran, diakses tanggal rabu 27 april 2011,
[9] www.quranpoin.com.memahami al-quran/keistimewaan
al-quran, diakses tanggal 27 april 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar